MONOLOG "AKU dan SIFATKU"
Disini tidak hanya sekedar kisah tentang aku saja,
tetapi ada banyak rasa, harapan, pengalaman, dan impian yang tertuang
didalamnya .
---
Bahkan
ada cerita dimana hidup itu tak selalu berjalan mulus, hidup tak mesti hanya
tentang bekecukupan dan dituruti segala halnya oleh kedua orang tua kita.
terlebih dalam masa kanak-kanak hingga remaja. kenapa? ya hanya satu alasannya,
karena masa-masa itu ialah masa dimana sedang labil-labilnya,mencari jati diri
dalam proses menuju kedewasaan, butuh
kasih sayang dan perhatian.
---
Sejak
kecil aku selalu dimanjakan oleh orangtuaku. Apa yang ku minta pasti selalu
dituruti oleh sang papa. Setiap aku dimarahi, aku selalu diam dan menunggu
dibaikki lagi oleh orangtuaku.
**
Ya
orang pikir masa kecilku bahagia.
Masa
kecilku memang sangat beruntung, semua yang kuminta selalu terturuti, apa yang
tidak kuminta selalu diberi orangtuaku. Bahkan ada yang iri denganku. Tapi
tanpa sadar malah sebaliknya, aku yang iri pada mereka. Kebanyakan masa
kanak-kanak penuh dengan canda tawa dan perhatian dari orangtuanya. Berbeda
denganku, meskipun semua ada, namun aku dan adikku satu-satunya kekurangan
canda tawa dan perhatian itu. Mamah papah selalu sibuk.
Mereka
berangkat saat pukul 06.00 pagi, lalu
pulang saat pukul 4 sore. Berbeda lagi dengan sang papah, ia terkadang pulang malam. (tersenyum sinis)
Setiap
aku ulang tahun, mamah papah selalu merayakannya di malam hari. Karena mereka sibuk
kerja pastinya.
Sedari
SD aku sudah dipegangi handphone. Bagaimana tidak, aku selalu sendirian di
rumah, atau kadangkala aku dititipi di rumah kakek bersama adikku yang masih
sangat kecil.
Aku
heran
Apakah
pengajar sesibuk itu?
Lalu aku duduk di dursi santai
dengan lusuh
Apakah
semua pengajar seperti itu? Ah ya! Mungkin hanya orangtuaku. Toh guru-guruku
sepertinya tidak seperti itu (Marah)
Sayang,
mamah papah itu jauh sekolahnya, hampir jawa barat sekolah kita. Selalu kata
itu yang mereka ucapkan.
Sayang,
pulangnya kerumah kakek dulu yah, nanti papah jemput. Sedari kecil kalimat itu
yang selalu kudengar.
AHH..
Bosann aku!! (Berteriak)
Sedari
kecil aku selalu dititipi dirumah kakek. Aku sudah seperti barang saja, di
titipi lalu diambil, dan itu berlangsung hingga aku kelas 4 SD. Karena bosan,
aku memilih untuk tidak dititipi lagi. Aku lebih memilih untuk menunggu mamah
papahku pulang dirumah. Alih alih mamah papahku bisa pulang lebih awal karena
tau anaknya sendirian di rumah.
Hahaha
(tertawa)
ternyata itu hanya hayalanku saja.
Mereka tetap seperti itu. Bedanya hanya kalimatnya saja yang berubah setiap
paginya.
Sayang,
ini uang makannya ya, jangn lupa beli makan. Yah kalimat itulah yang berganti.
Setiap harinya aku selalu diberi banyak
uang, uang itu untuk sangu dan makan siangku serta uang jajan tambahan.
Lalu
makanku bagaimana? Ya jelas aku mencari makan siangku sendiri. Aku makan
sendiri, aku menunggu sendiri. Dan hal
itu berlangsung hingga aku lulus SMA. (tersenyum
sinis)
Aku
pun duduk dikursi santai
Sedari
dulu, aku tak pernah ditanyai proses belajarku, meskipun kedua orangtuaku guru,
aku jarang sekali diajarinya. Setiap aku bertanya, mamah papah sedang sibuk sendiri-sendiri.
Hinga akhirnya mereka menyuruhku les agar aku belajar tambahan.
Karena
aku di rumah, akhirnya mamah ku memberikanku guru privat. Ya, aku les privat
setiap sore, aku juga sekolah TPQ di dekat rumah
**
Aku
selalu iri dengan teman-temanku. Setiap mereka pulang, mereka langsung disambut
hangat oleh orangtuanya
Setiap
siang, mereka tak perlu bersusah-susah payah mencari makan, semua sudah
terhidang dihadapan mata.
Setiap
tahunnya mereka ada yang mengambilkan raport miliknya. Sedangkan aku? Aku tak pernah diambilkan raport oleh
orangtuaku. Sedari SD aku selalu
mengambil raportku sendirian, makanya aku selalu mendapat giliran terakhir.
Tik tok tik tok dentumanwaktu
berjalan sepi.
Aku semakin terpuruk mengingat itu semua. Sepi
sunyi semakin terasa.
Waktu
berjalan terus, keadaanpun ikut berubah seiringnya waktu berjalan.
Hingga
masuklah aku dibangku SMP. Tapi semua sama. Lagi-lagi aku dimasukkan bimbingan
belajar. Kali ini bukan les privat lagi seperti saat SD dulu. Ini les les di teman
papa. Aku di les bahasa inggris, komputer, bahkan renang juga yang seharusnya
orangtua lah yang mengajarkanku komputer dan renang.
Tapi
kali ini aku tak begitu sedih, aku memilih mengikuti kegiatan di sekolahku,
agar aku tak sendirin lagi di rumah. Ya kini giliran adikku yang merasakan
sendirian dan di titipi di rumah kakek.
Malangnya
kamu sayang
Semester
satu berlangsung, aku mengambil raportku sendiri lagi disiang hari. Aku selalu
mendapat peringkat di sekolah, namun rasanya tak sesenang mereka yang tidak
mendapat peringkat dan diambilkan oleh orangtua mereka.
Aku berdiri
Berjalan kearah jendela yang
dibasahi oleh air air hujan ( menangis)
Lalu
untuk apa aku mendapat peringkat jika mereka saja tak bisa melihatnya langsung
dan merasakan senangnya? (menangis)
Untuk
apa aku selalu rajin les dan belajar?
Untuk
apa aku mendapat 4 besar ini? Mereka
saja tidak merasakan bangganya.
Pernah
sesekali aku berontak, aku menangis, aku menuntut perhatian dari mereka. Aku
ingin seperti teman temanku
Aku
juga ingin raportku diambil papah
Aku
juga ingin setiap malam berkumpul berbincang-bincang mah pah
Aku
ingin ditanyai proses belajarku
Aku
ingin dibelajari papah dan mamah
Aku mengusap butiran-butiran air
mataku
Hingga
akhirnya semenjak semester genap raportku diambilkan oleh papah.
Lalu
mamah dimana? Mamah masih sama alasan membagikan raport murid-muridnya.
Tapi....
setidaknya ada papah yang mau megalah
Papah?
Ya saat itu papah menjadi kesiswaan, sehingga tidak menjadi wali kelas lagi dan
bisa datang kesekolahku. Tapi tetap saja aku selalu paling akhir.
Gimana
tidak terakhir, papah memang datang, tapi ia datang dulu ke sekolahnya, baru datang
ke sekolahku. Tapi aku sudah cukup senang. Papah udah meluangkan waktunya
disela kesibukannya.
Aku tersenyum mengingat semua itu
Sejak
saat itu, aku selalu belajar dengan giat, aku ingin membahagiakan papah dengan
nilaiku. Aku ingin membuatnya bangga. Aku ingin setiap papah datang mengambil
hasil belajarku, aku selalu mendapat 4 besar dikelas.
Dan
aku berhasil 4 besar hingga lulus UN
Aku
merasa bahagia saat itu, serasa sempurna.
Hingga
dewasa kini sampai aku kuliahpun papah papah masih
memanjakanku, apa yang ku mau selalu diberi, mereka jadi lebih meluangkan
waktunya buatku. Seakan kan selalu berusaha memberi apa yang ku minta
Pernah
sesekali papahku sibuk, dan aku bilang aku ingin berpamitan sebelum pergi KKL
ke Bali. Esoknya papah datang ke kotaku menuntut ilmu hanya tuk menemuiku dan
berbelanja bareng denganku.
Jika
aku sakit, papah selalu ingin menjemputku..
Aku
merasa aku anak yang paling bahagia. Lalu mamah? Aku dekat dengannya, namun Sedari dulu aku
lebih dekat dengan papa
Namun
begitu, sedari dulu semua keperluanku mamah yang urus. Mamah yang ngerjain
semuanya
Jika
dirumah aku sudah seperti princess. Emua di ladenin sama mamah.
Mamahku
lebih dekat dengan adekku yang laki-laki. Setiap malam buku dijadwal mamah,
makan disuapin, apa-apa di ladenin. Setiap hari dibelajarin kedua orangtuaku.
Meskipun sekarangpun ia sudah SMP.
Nasibnya ternyata lebih beruntung dari aku.
Aku menangis, merasa sedih,
bersyukur namun juga kesal dan iri
Tapi
aku tak boleh iri, aku masih ada papah yang memanjakanku. Meskipun keduanya sama-sama memanjakanku.
Setiap
aku marah, aku selalu diam. Aku menunggu mereka membaikiku.
Setiap
aku ingin sesuatu, semua keturutan.
Aku
jarang sekali dibentak. Makanya, aku tak bisa dikatai kasar.
Aku
masih seperti anak kecil, tingkahku pun seperti anak kecil
Aku
sungguh manja, semua hal mamah yang melakukannya. Setiap makan aku selalu
diambilkan.
Pakaian?
Mamah yang megurusnya
Aku
kini sudah dewasa, aku tinggal di kota orang dengan bekal sifat-sifatku itu.
Aku
menorehkan kepalaku .
Berjalan
dengan lesu ke pojok jendela.
Kembali menghapus butiran air mataku
Sampai
kapan aku harus begini?
Dengan
sifatku ini, banyak teman yang tidak menyukaiku
Banyak
teman yang mengataiku di belakangku
Setiap
ada kata-kata kasar, aku selalu menangis
Sedikit
hal melukai hatiku, aku hanya bisa menangis.kekanakkan memang, tapi itu sudah
bawaan.
Ketika
aku ada masalah dengan temanku, aku hanya bisa menangis, aku tak akan memulai
percakapan duluan. Aku selalu menunggu di baikki, jika aku memang merasa benar.
Pah,
mah ini semua akibat aku dimanja.
Aku bimbang, melihat ke arah
jendela
Entah
aku harus senang atau bagaimana. Disisi lain aku memang suka dimanja, aku
merasa beruntung. Tetapi aku terkadang juga ingin seperti yang lain. Yang tak sifat memili sepertiku ini. Aku terlalu lemah
Aku
terlalu cengeng
Tak
bisa kena kata kasar.kata yang menusuk
Aku
tak bisa bersikap cuek ataupun acuh seperti mereka
Hingga
akhirnya aku bertemu seseorang yang yang padaku di kota ini. (tersenyum)
Ia
ingin merubahku menjadi pribadi yang kuat. Api itu semua gagal. Aku tetap
seperti in. Idak ada yang berubah. Aku masih manja dengan sema sifatku itu.
Sungguh
kekanakan!
Tapi
aku mencoba tegar dengan keadaan ini. Aku selalu percaya diri.
Dulu
ada seorang teman mengatakan tentangku, she is good girl if
you know her.
Itu
merupakan kalimat motivasiku tuk tetap percaya bahwa aku juga bisa mendapat
teman yang menerima apa adanya aku dan
sifatku.
Aku mengusap air mataku lalu
tersenyum tipis mengingat hal itu
Ya begitulah
aku, seperti itulah kisahku. Sekarang ini aku
hanya bisa tersenyum mengingat itu
semua. Bahagia, sedih marah, senang semua menjadi satu.
Komentar
Posting Komentar