Silent Treatment, salah kah?

        Cara marah paling menyakitkan bukanlah dengan nada suara yang tinggi, sumpah serapah tanpa henti, adu debat,  atau bahkan tamparan keras ke arah pipi.Lalu bagaimana cara marah yang paling menyakitkan? Diam. Iya diam atau yang mereka sebut Silent Treatment.

        Bagi mereka yang selalu melakukan Silent Treatment tidak akan pernah mengerti bahwa Emotionally Abusive relationship is REAL. Silent Treatment adalah bentuk amarah paling tega, ketika diam bukan lagi menjadi emas justru malah merusak pikiran dan menyakiti hati orang lain. Mereka sebagai pelaku tidak akan pernah tau rasa paniknya yang membuat overthinking. Dalam benak mereka yang selalu diperlakukan seperti itu akan lebih sering merasa cemas, takut yang berlebih kepada orang lain sekalipun jika chat atau panggilan mereka tidak dijawab hanya karena sering mendapat perlakuan Silent Treatment.


        Seseorang yang melakukan Silent Treatment dengan kedok menenangkan pikiran, tidak ingin memperkeruh masalah itu salah. Mungkin banyak yang tidak setuju dengan opini tersebut karena mungkin sebagian dari pembaca cuitan ini juga melakukannya.Tapi yang perlu diketahui bahwa Silent Treatment adalah sifat manipulatif dari seseorang yang passive aggresive. Dan mereka pelaku Silent Treatment tidak memiliki empati terhadap perasaan seseorang.


       Silent Treatment sama saja jahatnya seperti physical abuse. Abusive-nya secara emosi dan mental. Lebih parahnya bisa keninggalkan trauma seperti anxiety, panic attack atau bahkan bisa juga sampai depresi. Lukanya si memang tidak terlihat, tapi lama kelamaan bisa merusak secara psikologis. Seakan-akan mereka sebagai pelaku memiliki kontrol dan superior terhadap hidup seseorang. 


Bukankah setiap masalah harus diselesaikan? Memang tidak harus langsung saat itu juga tapi Silent Treatment juga bukan solusi terbaik. Komunikasi itu penting, saling mengerti akan kesahalan masing-masing juga penting. Diskusi kuncinya. Mengapa diam tidak bisa diubah dengan diskusi saja? Justru dengan diskusi maka akan mendapat jalan tengah atas suatu permasalahan yang dihadapi bukan?


      Pada intinya marah boleh, diam pun bukan berarti selalu salah, boleh diam tapi tidak terlalu lama mendiamkan. Tenangkan diri, tenangkan pikiran silakan tapi bukan dengan menghilang. Diskusilah cari jalan tengah pecahkan masalah bukan menimbun masalah.


        Setiap orang memang butuh jeda. Tapi jeda bukan berarti tidak ada kata terucap karena jeda adalah kesenyapan yang memiliki arti bagi kata berikutnya. Pada setiap kata pun butuh spasi untuk bisa melanjutkan kata berikutnya agar bisa menjadi arti.Tapi terlalu banyak jeda juga tidak baik, karena dalam setiap kalimat akan diakhir tanda titik bukan spasi.


Ini hanya cuitan dari aku yang menganggap bahwa Silent Treatment adalah bentuk marah paling tega, jika memang ada perbedaan opini juga tidak mengapa, semoga juga bisa bermanfaat. :)



Komentar

Postingan Populer